SOLO, iNewsKutai.id - Kutukan partai final Piala Presiden tak kunjung patah mampu dipatahkan Borneo FC. Untuk ketiga kalinya, tim Pesut Etam gagal meraih trofi turnamen pramusim Liga 1 2024/2025.
Borneo FC kalah dramatis dalam perebutan gelar juara Piala Presiden 2024. Tim Pesut Etam dipaksa mengakui kemenangan Arema FC lewat drama adu penalti di Stadion Manahan Solo, Minggu (4/8/2024).
Laga tersebut berlangsung sengit dan keras. Tim Singo Edan lebih dulu unggul melalui Wiliam Marcilio. Tak mau kalah, Leo Gaucho kembali mencetak gol balasan.
Petaka menghampiri Borneo FC pada menit 88. Stefano Lilipaly diusir wasit setelah duel memperebutkan bola dengan William Moreira. Wasit yang mereview VAR memutuskan Lilipaly melakukan pelanggaran karena dianggap sengaja menendang Moreira.
Charles Lokolingoy sempat membawa Arema FC unggul pada masa injury time. Namun, golnya dianulir VAR karena dalam prosesnya Dedik Setiawan melakukan handball.
Skor imbang 1-1 memaksa laga berlanjut pada babak adu penalti. Seolah dijauhi Dewi Fortuna, Borneo FC harus mengakui kemenangan Arema FC dengan skor 4-5.
Kekalahan ini membuat Borneo FC tidak kunjung mampu mematahkan kutukan final Piala Presiden. Tercatat, tim asal Kota Samarinda itu sudah tiga kali menjejakkan kaki di partai final.
Masing-masing di Piala Presiden 2017, 2022, dan 2024. Bukan kebetulan, lawan di final adalah Arema FC yang tahun ini lagi-lagi menunjukkan dominasinya sebagai kampiun turnamen pramusim.
Pelatih Borneo FC Pieter Huistra mengaku kecewa laga berlanjut ke babak adu penalti dan kalah. Alasannya, permainan anak asuhnya tidak kalah kualitas dibanding Arema FC.
Dia mengakui pemainnya tampil di bawah performa yang ditunjukkan sepanjang turnamen. Meski demikian, Huistra memuji respons anak asuhnya dalam laga dengan mengejar ketertinggalan.
"Kami sudah bermain bagus di turnamen ini dan tidak pernah kalah kecuali di final. Ini modal yang bagus untuk menyongsong musim," katanya dalam sesi konferensi pers.
Dalam kesempatan tersebut, pelatih asal Belanda itu juga mengkritik kinerja VAR yang berujung pada kartu merah Lilipaly. Menurutnya, wasit VAR seharusnya memberikan gambar yang lebih bagus untuk direview wasit utama di lapangan.
Dia menilai, Lilipaly tak seharusnya mendapat kartu merah jika VAR memiliki gambar yang lebih bagus.
"Sangat penting bagi sepak bola Indonesia untuk menyadari ketika memperkenalkan VAR, maka harus dapat menyediakan materi video yang bagus untuk wasit review," pungkasnya.
Editor : Abriandi