E-coli, juga ditemukan pada spons, biasanya dikaitkan dengan keracunan makanan yang dapat mengakibatkan sakit perut, diare berdarah, dan komplikasi serius.
E-coli yang ada pada spons dapat menyebabkan gagal ginjal melalui sindrom uremik hemolitik. Klebsiella, bakteri umum lainnya pada spons, merupakan patogen oportunistik yang dapat resistan terhadap antibiotik, menyebabkan infeksi seperti pneumonia dan infeksi saluran kemih.
Selain itu, Moraxella osloensis yang menyebabkan bau apek juga dapat hidup di spons, menambah risiko infeksi kulit dan radang sendi.
Salmonella, sering terkait dengan makanan atau air yang terkontaminasi, dapat berkembang biak di spons, menyebabkan demam, diare, dan kram perut. Staphylococcus juga ditemukan pada spons dan dapat menyebabkan infeksi kulit serius seperti impetigo dan selulitis.
Spesies bakteri lain seperti proteus dan acinetobacter juga mungkin ada pada spons. Meskipun memanaskan spons di microwave bisa mengurangi jumlah bakteri hingga 99,9 persen, efektivitas metode ini bervariasi.
Penelitian tahun 2007 menunjukkan bahwa merebus spons kurang efektif dibandingkan memanaskannya di microwave.
Untuk meminimalkan risiko, hindari kontaminasi silang dengan tidak menggunakan spons yang sama untuk berbagai jenis pembersihan, seperti wadah daging mentah dan peralatan makan.
Jangan meninggalkan spons di genangan air, dan gunakan microwave selama dua menit untuk mengurangi mikroba. Selain itu, pertimbangkan untuk menggunakan sarung tangan pencuci piring guna mengurangi kontaminasi kulit.
Membuang spons plastik secara rutin mungkin tidak ramah lingkungan, sehingga alternatif seperti spons berbahan dasar selulosa direkomendasikan. Jika tidak nyaman menggunakan spons, pertimbangkan alternatif seperti sikat gosok, sikat silikon, sikat logam sekali pakai, mesin pencuci piring, rendaman air sabun panas, dan pencucian kain lap piring secara teratur.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com
Editor : Abriandi