SAMARINDA, iNewsKutai.id - Kritik adalah alat untuk membangun demokrasi dan mengingatkan hal-hal yang keliru. Dengan begitu pihak yang merasa dikritik pun menjadi sadar dan segera memperbaikinya. Bukan sebaliknya kritik itu dilawan bahkan bermain dalam playing victim.
Kondisi ini terjadi di Kalimantan Timur (Kaltim) di mana calon gubernur Rudy Mas'ud, tengah menjadi sorotan publik setelah mengambil langkah hukum terhadap seorang aktivis muda yang mengkritiknya.
Langkah ini mendapat banyak respons negatif dari masyarakat yang mempertanyakan keterbukaan dan komitmen Rudy dalam menerima masukan.
Di balik itu, berbagai isu lain turut menjadi pusat perhatian, mulai dari kritik terhadap dugaan "dinasti politik" yang melibatkan keluarganya hingga masalah utang yang kabarnya mencapai ratusan miliar rupiah.
Tak hanya itu, Rudy Mas'ud juga mendapat sorotan atas janji-janji yang dianggap berlebihan padahal tidak memiliki pengalaman di pemerintahan. Kritikan ini ditambah oleh penggunaan hasil survei dari berbagai lembaga yang kurang dikenal, yang dianggap sejumlah pihak sebagai cara untuk menggiring opini publik dalam mendukung pencalonannya.
Sebagian masyarakat menilai survei-survei tersebut lebih digunakan sebagai alat untuk memoles popularitas daripada mencerminkan hasil evaluasi nyata dari kinerja dan penerimaan publik.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar