Sedangkan hanya 1 persen wilayah yang diperkirakan akan mengalami curah hujan rendah, terutama di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua Barat.
Dwikorita memprediksi puncak musim hujan terjadi pada Januari hingga Februari 2025. Masyarakat pun diimbau untuk waspada karena fenomena ini disertai angin kencang dan kilat petir.
"Wilayah-wilayah yang rawan banjir dan longsor harus waspada, terutama daerah di lereng gunung api. Hujan dengan intensitas sedang pun dapat menyebabkan banjir lahar yang berpotensi merusak,” ujarnya.
Dia menegaskan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi kapan saja, terutama menjelang akhir 2024 dan awal 2025.
Pemerintah daerah, masyarakat dan pihak terkait diharapkan dapat memanfaatkan informasi cuaca yang disediakan untuk mengambil langkah-langkah mitigasi dan pencegahan.
“Dengan adanya data cuaca yang lebih terperinci dan pemantauan yang lebih akurat, kami berharap potensi dampak bencana dapat dikurangi,” pungkasnya.
artikel ini telah tayang di inews.id
Editor : Abriandi