get app
inews
Aa Text
Read Next : Di Luar Nurul! Indonesia Impor Cabai dan Garam dari Singapura

Tak Punya Rubel, Impor Minyak dan Gas Alam Jepang dari Rusia Terancam

Jum'at, 25 Maret 2022 | 08:40 WIB
header img
Rusia mewajibkan pembelian energi menggunakan mata uang rubel. (foto: Reuters)

JAKARTA, iNewsKutai.id - Langkah Jepang menjatuhkan sanksi kepada Rusia mulai berdampak pada pasokan minyak mentah dan gas alam. Negeri Sakura kini kebingungan untuk melakukan impor bahan bakar karena harus menggunakan mata uang rubel.

Sebelumnya, presiden Vladimir Putin menetapkan kebijakan untuk pembelian bahan bakar untuk negara-negara yang menjatuhkan sanksi ke Rusia harus mengunakan rubel. Jepang menjadi salah satu negara yang masuk dalam daftar 'tidak bersahabat' tersebut.

"Kami sedang melihat situasi karena kami tidak begitu mengerti apa niat (Rusia) dan bagaimana mereka akan melakukan ini (pembelian energi dengan rubel)," kata Menteri Keuangan Shunichi Suzuki dalam sesi parlemen, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (24/3/2022). 

Kekhawatiran Jepang akan kebijakan baru tersebut memang cukup beralasan. Tahun lalu, mereka menyumbang 4,1% dari total ekspor minyak mentah Rusia dan 7,2% dari ekspor gas alam. Refinitiv menyebutkan bahwa Jepang mengimpor 6,84 juta ton LNG dari Rusia atau hampir 9% dari impor LNG-nya. 

Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno dalam konferensi pers hari ini mengatakan bahwa pemerintah Jepang juga akan berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan negara itu untuk mengumpulkan informasi tentang langkah Rusia tersebut. 

Sebelumnya, sejumlah perusahaan di Eropa juga mengaku kebingungan setelah Rusia memberlakukan kebijakan baru untuk penjualan energinya. Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin memberi waktu seminggu bagi bank sentral dan pemerintah menyiapkan mekanisme pembelian rubel di pasar domestik oleh para pembeli gas Rusia. 

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari Rabu (23/3) bahwa negaranya akan meminta pembayaran dalam rubel untuk penjualan gas ke negara-negara "tidak bersahabat" sebagai pembalasan atas sanksi Barat. Rusia telah menempatkan Jepang dalam daftar negara yang "tidak bersahabat" bersama dengan Amerika Serikat (AS), negara-negara anggota Uni Eropa (UE), dan sejumlah negara lainnya. 

Jepang bahkan telah mencabut status sebagai negara yang paling disukai Rusia dalam perdagangan, melarang ekspor barang-barang tertentu ke negara itu dan membekukan aset sekitar 100 orang Rusia, bank, dan organisasi lainnya setelah invasi yang dilabeli operasi militer khusus yang dilancarkan Rusia ke Ukraina.

Suzuki mengatakan pemerintah akan memantau dengan cermat "efek samping" dari sanksi ekonomi terhadap perekonomian dan pasar keuangan Jepang, serta terus mengambil langkah-langkah yang tepat dalam koordinasi dengan anggota G7 dan masyarakat internasional lainnya. 

Pada Rabu (23/3) lalu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dia berencana untuk mengumumkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia pada pertemuan G7 di Brussels mendatang.

Editor : Abriandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut