GEORGIA, iNewsKutai.id - Rusia kembali mendapat dukungan militer dalam invasi ke Ukraina. Kali ini, Ossetia Selatan mengirim pasukan yang disebut untuk membantu melindungi tentara Beruang Merah.
Wilayah yang memisahkan diri dari Georgia pada 2008 silam itu beralasan, bantuan diberikan untuk menghancurkan fasisme di perbatasan jauh dan berpotensi muncul di negara tersebut.
Pemimpin Ossetia Selatan, Anatoly Bibilov menyatakan, pasukannya melibatkan diri setelah Rusia bertempur selama 31 hari. Dia menyatakan, membela Rusia sama saja dengan membela Ossetia.
"Orang-orang kami akan memenuhi tugas militer mereka dengan spanduk yang dikibarkan dengan bangga. Mereka paham betul bahwa mereka akan membela Rusia, mereka juga akan membela Ossetia. Karena jika fasisme tidak dihancurkan di perbatasan yang jauh, besok ia akan muncul kembali di sini," ujarnya dikutip dari AFP, Sabtu (26/3/2022).
Pada 2008, Rusia dan Georgia terlibat perang singkat tapi berdarah di Ossetia Selatan. Setelah perang, Rusia mengakui Ossetia Selatan, dan wilayah separatis lainnya, Abkhazia, sebagai negara bagian independen dan menempatkan pangkalan militer permanen di sana.
Serangan skala penuh di Ukraina telah memicu curahan solidaritas di Georgia, dengan ratusan orang Georgia bergabung dengan tentara Ukraina.
Bibilov tidak mengatakan berapa banyak pasukan yang telah dikerahkan, tetapi memposting video yang menunjukkan beberapa bus dan truk bergerak. Pengumuman itu datang pada hari ke-31 kampanye militer Kremlin di Ukraina pro-Barat, dengan ribuan orang tewas dan lebih dari 10 juta orang mengungsi.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow bertujuan untuk "demiliterisasi" dan "denazifikasi" Ukraina. Setelah sebulan berperang, pasukan Rusia tidak mampu mematahkan perlawanan tentara Ukraina. Pada hari Jumat, Rusia mengisyaratkan akan memutar kembali tujuannya di Ukraina untuk fokus di timur.
Editor : Abriandi