BERLIN, iNewsKutai.id - Sedikitnya 840 masjid di Jerman menjadi target ancaman dan sasaran Neo-Nazi atau ektremis sayap kiri. Data ini dirilis Brandeling yang merupakan inisiatif dari kelompok hak asasi FAIR Internasional.
Kelompok yang mendirikan pusat pelaporan pertama di Jerman untuk serangan terhadap masjid itu mencatat, hampir 840 insiden serangan, vandalisme, dan ancaman terjadi antara tahun 2014-2022. Sayangnya, ratusan kasus serangan tersebut tak benar-benar diselidiki secara mendalam oleh kepolisian.
Dilansir dari Anadolu pada Minggu (11/6/2022), analisis terperinci dari kejahatan pada 2018 mengungkapkan, pelaku tetap tidak dikenal atau ditangkap di sebagian besar serangan. Hal itu memicu neo-Nazi atau ekstremis sayap kiri melakukan serangan lebih lanjut terhadap situs ibadah Muslim.
“Secara umum, tingkat pengusutan untuk serangan masjid dapat dianggap sangat rendah,” kata kelompok itu dalam sebuah laporan baru-baru ini.
Di antara 120 serangan yang tercatat terhadap masjid pada tahun 2018, hanya ada sembilan kasus dimana pelaku berhasil diidentifikasi. “Fakta ini menimbulkan kekhawatiran,” para ahli Brandeilig.
Mereka menunjukkan, setidaknya dalam 20 kasus, termasuk pembakaran, tersangka bertujuan membunuh atau menyerang korban hingga luka parah.
“Secara umum, petugas polisi tiba di tempat kejadian dengan sangat cepat dan segera memulai penyelidikan. Namun demikian, hampir tidak ada kasus yang dapat diselesaikan hingga hari ini,” kata para ahli.
Ekstremis sayap kiri dan pengikut kelompok teror YPG/PKK berada di balik beberapa serangan yang menargetkan masjid. Sementara sebagian besar dilakukan oleh ekstremis sayap kanan atau kelompok neo-Nazi.
Jerman, negara berpenduduk lebih dari 83 juta orang, memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Di antara hampir 5,3 juta Muslim di negara itu, 3 juta di antaranya berasal dari Turki.
Editor : Abriandi