"Bahkan saya dulu pernah debat dengan ustaz Abu Bakar Ba'asyir ketika saya baru masuk di Lapas Gunung Sindur. Saat itu, saya khatib Idul Adha ketika itu saya membahas tentang NKRI sempat debat sedikit masalah thogut," ujarnya.
Di mata para pelaku terorisme, tutur Habib Bahar, tidak hanya kepolisian atau aparatur pemerintahan, dirinya pun kerap dianggap thogut karena menyatakan NKRI dan Pancasila sebagai harga mati.
"Saya sudah jelaskan berkali-kali dalam ceramah, thogut itu teroris, teroris yang suka mengebom sana sini. Polisi dibilang thogut, hakim dibilang thogut. Ya, jangankan polisi. Jangankan negara, saya aja dibilang thogut. Kenapa? Karena saya mengakui NKRI harga mati, Pancasila harga mati," tutur Habib Bahar.
Thogut, kata Habib Bahar, merujuk kepada lima pendapat ahli tafsir, dapat diartikan sebagai dukun, penyihir, berhala, dan segala sesuatu yang disembah oleh manusia selain Allah.
"Polisi? Mereka muslim, di mana thogutnya? Hakim muslim, di mana thogutnya? Kita negara Pancasila, Pancasila berdasarkan Islam, di mana thogutnya?" ucap pengasuh Pondok Pesantren Tajul Alawiyin ini.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait