Menurut Duile, mitos kuntilanak dibuat bukan tanpa alasan. Dia menilai narasi mengenai kuntilanak adalah mitos dan pencerahan dalam arti luas sebagai kemajuan pemikiran manusia.
Tujuannya, untuk membebaskan manusia dan menempatkannya sebagai penguasa. Duile mendeskripsikan, narasi kuntilanak adalah konstitutif bagi konsepsi diri kemelayuan modern sebagai identitas Islam yang beradab, sebagai masyarakat madani.
Menurutnya, konsep itu kontras dengan alam pedalaman Kalimantan yang liar dan menakutkan. Tidak hanya konsep diri kemelayuan di Pontianak, tapi juga masyarakat modern dan maju di negara Indonesia
“Sebagai mayat hidup, dia mengancam yang hidup karena dia tidak dapat menemukan kedamaian. Dia memakai pakaian putih dan konon dia biasanya tinggal di bawah pohon atau di hutan,” lanjutnya.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait