Dari informasi intelijen Rusia, ada sekitar 2.500 tentara Ukraina dan 400 tentara bayaran asing bersembunyi di pabrik baja yang memiliki jaringan terowongan bawah tanah tersebut. Di sisi lain, pemerintah Ukraina mengklaim jika sekitar 1.000 warga sipil mencari perlindungan di pabrik seluas 11 kilometer persegi tersebut.
Namun, informasi tersebut belum bisa diverifikasi karena keterbatasan akses informasi ke Kota Mariupol yang dikepung Rusia sejak 1 Maret, tak lama setelah dimulainya invasi pada 24 Februari. Kota dan pelabuhan sebagian besar dianggap telah hancur dalam beberapa minggu pengeboman dan penembakan Rusia.
Rusia mengalihkan fokus perangnya ke Ukraina timur pada minggu terakhir bulan Maret setelah pasukannya menarik diri dari Kiev dan daerah sekitarnya yang mengakhiri apa yang disebut Moskow sebagai “fase pertama” perang.
Sementara itu, Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko mengatakan pada hari Rabu bahwa upaya sedang dilakukan untuk mengevakuasi sekitar 6.000 wanita, anak-anak dan orang tua dari kota.
Boychenko, yang telah meninggalkan Mariupol, mengatakan dia berharap kesepakatan awal dengan Rusia untuk membangun koridor yang aman bisa dipertahankan.
Dia mengatakan sekitar 100.000 warga sipil tetap berada di Mariupol dan puluhan ribu orang telah tewas dalam pengepungan Rusia di kota Laut Azov. Rusia telah berulang kali menyerukan pasukan Ukraina untuk menyerah, seruan yang mereka tolak.
Kementerian pertahanannya mengatakan pasukan Ukraina yang masih bersembunyi di dalam Azovstal menghadapi "situasi bencana". Pasukan Rusia diyakini secara bertahap mendorong jalan mereka ke kota dan beberapa pejabat Ukraina mengatakan pada hari Selasa bahwa sebuah rumah sakit di dekat pabrik Azovstal terkena dampak pertempuran. iNews Kutai
(Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com dengan judul "Komandan Ukraina di Mariupol Akui di Ambang Kalah dari Rusia: Ini Hari-hari Terakhir")
Editor : Abriandi
Artikel Terkait