WASHINGTON, iNewsKutai.id - Orgasme menjadi impian nyaris seluruh perempuan ketika berhubungan intim dengan pasangannya. Sensasi nikmat dan menyenangkan itu dianggap sebagai puncak dari kenikmatan sebuah aktivitas seksual.
Namun hal ini tidak berlaku bagi, Reiley Davis (21), seorang wanita asal Amerika Serikat (AS). Orgasme saat berhubungan intim menjadi hal paling menakutkan dalam hidupnya. Bukan kenikmatan yang didapatkannya, melainkan rasa sakit yang luar biasa.
Hal ini tidak lepas dari kondisi biologisnya yang terlahir dengan dua rahim, dua leher rahim dan dua vagina. Kondisinya yang langka itu membuatnya tersiksa tidak hanya saat orgasme namun juga menstruasi.
Kondisi yang disebut dalam istilah medis uterus didelphys ini baru terdeteksi saat Davis berusia 16 tahun ketika menjalani tes pap smear. Davis, yang membagikan kisahnya di Instagram dan TikTok, awalnya tidak menyadari jika hal tersebut juga berpengaruh ketika dirinya berhubungan seksual.
Hal itu baru dirasakannya ketika mulai aktif secara seksual. Dia mengaku merasakan sakit yang hebat seperti ditikam ketika mengalami orgasme. Sayangnya, dia tidak bisa mengontrol kapan akan orgasme dan bisa terjadi secara tiba-tiba.
“Setengah orgasme yang saya alami menyakitkan. Itu semua menyakitkan sampai pada titik di mana saya harus menghilangkan rasa sakit untuk menghilangkannya dan butuh sekitar 10 menit untuk menghilangkannya,” katanya kepada The Mirror awal Februari lalu.
“Rasanya seperti saya ditikam 15 kali di perut saya sampai saya harus benar-benar duduk di suatu tempat, memegangi perut saya dan berharap ibuprofen bekerja sesegera mungkin."
Davis juga mengaku sudah menggunakan alat kontrasepsi pada usia 13 tahun untuk mengatur menstruasinya yang sangat menyakitkan dan tidak mengalami menstruasi dalam tujuh tahun terakhir.
“Saya ingat malam-malam di mana saya akan berbaring di tempat tidur dengan sangat kesakitan mencoba untuk tidur. Itu adalah pengalaman yang sangat sulit untuk dilalui pada usia muda itu,” katanya kepada The Mirror.
Lantaran memiliki dua rahim, dia mendapatkan menstruasi setiap dua minggu dan perlu minum obat penahan sakit dan pelemas otot agar tidak perlu ke rumah sakit. Dia mengatakan rasanya seperti daerah perut bagian bawahnya terbakar dan dia merasa seperti sekarat.
Dokternya merekomendasikan pengendalian kelahiran dan itu telah menjadi cara penanganannya sejak saat itu.
Pada tahap itu, dokternya telah memberi tahu dirinya bahwa dia hanya memiliki peluang 40 persen untuk bisa hamil di masa depan, berkat kelainan pada saluran Mulleriannya, namun itu tidak sepenuhnya mustahil.
Untuk wanita dengan kondisi ini, secara teknis mungkin untuk mengalami apa yang mereka sebut "kehamilan ganda", yaitu ketika satu sel telur dibuahi terlebih dahulu dan kemudian sel telur di rahim lainnya mengikuti.
Editor : Abriandi