MANADO, iNewsKutai.id - Kehidupan asmara Pangeran Diponegoro sangat menarik diulas selain perjuangannya melawan tentara Belanda. Sebagai seorang laki-laki, Diponegoro ternyata pernah patah hati gara-gara gadis Manado.
Cintanya ditolak mentah-mentah perempuan cantik itu. Salah satu alasannya karena sang pangeran sudah dalam pengasingan Belanda.
Hal ini dikisahkan Peter Carey di bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro : 1785- 1855 saat Pangeran Diponegoro diasingkan oleh Belanda.
Kisah patah hati Pangeran Diponegoro ini bermula ketika dirinya ditangkap Belanda dan diasingkan ke Manado. Di Tanah Kawanua, Diponegoro bertemu dengan seorang gadis cantik jelita.
Gadis Manado itu merupakan putri dari tokoh muslim terkemuka di Manado Letnan Hasan Nur Latif, opsir tentara Milisi Manado. Sang Pangeran langsung jatuh cinta ketika pertama kali melihat perempuan cantik tersebut.
Namun rupanya cinta itu bertepuk sebelah tangan. Tidak hanya ditolak sang gadis, Letnan Hasan Nur Latif sendiri secara tegas menolak saat sang pangeran bermaksud mempersunting anak perempuannya yang cantik jelita.
Konon pejabat Residen Manado J.P.C Cambier pun sampai mendukung keputusan Latif untuk menolak lamaran Pangeran Diponegoro. Cambier mengatakan, tak patut bagi Latif untuk menjalin hubungan keluarga lewat perkawinan dengan pangeran yang sedang diasingkan.
Penolakan perkawinan ini tentu tidak menghalangi kehidupan seks sang pangeran yang cukup aktif. Pietermaat Residen Manado melaporkan percakapan yang paling digemari sang pangeran adalah tentang perempuan dimana dia terlihat sebagai seorang kekasih yang hebat.
Selama di pengasingan pula Pangeran Diponegoro juga mendapat tidak kurang dari tujuh anak lagi. Kebanyakan didapat dari perempuan-perempuan Jawa di luar istri resminya. Hal ini konon membawa pergolakan pada kehidupan sang pangeran di Benteng Fort Nieuw Amsterdam yang tertutup.
Sosok Pangeran Diponegoro yang tegas, berjiwa bebas, serta meluap-luap dengan pendapatnya sendiri membuat sang pangeran konon sering terlibat cekcok dengan adik perempuannya Raden Ayu Dipowiyono. Selama 10 bulan di Manado pejabat residen Belanda di Manado bernama Cambier telah memberikan laporan akan pertengkaran yang terjadi antara pangeran dengan adik perempuan, istrinya, hingga saudara iparnya.
Konon sikap pangeran yang tidak toleran menjadi pemicu pertengkaran ini terkait desakan pembelian sebidang tanah. Ketegangan itu pula yang konon membuat seluruh keluarga Pangeran Diponegoro memilih untuk pulang ke tanah Jawa.
Tercatat adik perempuan, saudara ipar, dan para pembantu adik perempuan Pangeran Diponegoro dipulangkan ke Jawa pada Agustus 1832. Sementara Raden Ayu Retnoningsih yang baru saja melahirkan anak pertamanya bernama Raden Mas Kindar memilih untuk tetap tinggal menemani suaminya di pengasingan.
Hal ini tentu membuat lega sang pangeran, terlebih empat ruangan di Benteng Fort Nieuw Amsterdam dapat digunakan sepenuhnya untuk istri dan membesarkan anaknya.
Editor : Abriandi