SAMARINDA, iNewsKutai.id - Pemprov Kaltim mendesak Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) menambahkan kuota bahan bakar minyak (BBM) Kaltim. Pasalnya, kelangkaan pertalite maupun solar masih kerap ditemukan di sejumlah daerah di Benua Etam.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim Munawwar menyatakan, sebagai daerah penghasil minyak dan gas (migas), sangat tidak wajar jika Kaltim mengalami kelangkaan BBM.
Namun faktanya, masih sering ditemui adanya antrean panjang kendaraan yang hendak mengisi BBM atau SPBU kehabisan stok lantaran kuota terbatas. Dia mengungkapan, Pemprov sudah berulang kali mengajukan permohonan penambahan kuota pertalite dan solar namun tidak digubris BPH Migas.
"Kaltim aerah penghasil tetapi kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi dan ini dampaknya ke Pemprov. Jadi, kami minta BPH Migas selaku lembaga yang menetapkan kuota untuk menambah alokasi BBM Kaltim," ujarnya dikutip dari laman Pemprov Kaltim, Kamis (29/9/2022).
Menurut Munawwar, permohonan ini dinilai wajar, karena selain Kaltim sebagai penghasil migas dan SDA terbesar di Indonesia juga penyumbang devisa negara. Apalagi sekarang ditetapkan sebagai Ibu Kota Nusantara (IKN), tentu sangat wajar ditingkatkan kuotanya.
"Kami sangat sedih apabila banyak yang antri BBM, terutama pertalite dan solar subsidi. Bahkan, kadang kosong di SPBU. Lebih banyak kosongnya," tegas Munawwar.
Sekadar diketahui, pada 2020 kuota BBM Kaltim untuk premium sebanyak 285,853 kiloliter (KL) dan solar subsidi 206,858 KL. Semetara pada 2021, kuota premium sebanyak 322,246 KL dan solar subsidi 257,500 KL.
Dia menambahkan, kuota BBM Kaltim sebelumnya dipangkas pada 2016 -2017 karena saat itu pertumbuhan ekonomi Kaltim sempat minus. Penyebab utama krisis adalah anjloknya harga batubara yang berdampak pada perekonomian Kaltim secara keseluruhan.
Menurut dia, saat ekonomi pulih pada 2018 lalu, seharusnya kuota BBM dikembalikan seperti semula. Tapi faktanya, tidak ada penambahan sehingga antrian truk di SPBU kerap mengular bahkan hingga bermalam untuk mendapatkan solar.
"Di Kaltim ini bayak kendaraan dari Jawa dan Sulawesi yang mengangkut bahan pokok dan mereka membutuhkan BBM. Otomatis kuota yang seharusnya untuk Kaltim juga digunakan," katanya.
Editor : Abriandi