Para ilmuwan mengatakan gelombang panas meningkatkan suhu permukaan laut sehingga mendorong terbentuknya siklon mirip tropis Mediterania, atau medicane.
“Meskipun belum ada kajian resmi mengenai peran perubahan iklim terhadap kekuatan Badai Daniel, dapat dikatakan bahwa suhu permukaan laut Mediterania jauh di atas rata-rata sepanjang musim panas,” kata Dr Karsten Haustein, seorang ilmuwan iklim di Universitas Leipzig dikutip dari Guardian.
Sebelum menerjang Libya, Badai Daniel terlebih dulu menghantam Yunani dan Turki hingga mengakibatkan banjir. Namun, kondisi paling parah terjadi di Libya.
Meski demikian, Badai Daniel tidak sepenuhnya menjadi penyebab banyaknya korban jiwa termasuk bendungan yang jebol. Alasannya, negara tersebut dalam kondisi buruk setelah dibombardir oleh angkatan laut NATO dan pesawat-pesawat tempur yang mendukung pemberontakan melawan Muammar Gaddafi.
Dilansir Anadolu Agency, Rabu (13/9/2023), Wakil Sekretaris Kementerian Kesehatan Pemerintah Persatuan Libya Saadeddin Abdul Wakil mengatakan, jumlah korban masih bersifat sementara karena jumlah warga hilang mencapai 10.000 orang.
Sementara itu, data Palang Merah Internasional juga menyebutkan lebih dari 6.000 orang meninggal.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Kamis, 14 September 2023
Editor : Abriandi