JAKARTA, iNewsKutai.id - Pengamat kebijakan publik IDP-LP, Riko Noviantoro menilai, gagasan Ketua Umum Gerakan Marhaenis, Izedrik Emir Moeis untuk mengubah nama ibu kota nusantara (IKN) menjadi Soekarnopura adalah gagasan yang kurang tepat.
Menurut pria yang juga peneliti dan akademisi ini, pemilihan nama Nusantara yang disematkan pada ibu kota negara ini telah melewati sejumlah kajian akademis.
“Saya nilai ide Ketua Umum GPM itu kurang tepat, ya,” tegas Riko Noviantoro.
Lebih jauh Riko menjelaskan, pemaparan nama Nusantara juga telah melewati uji publik yang memadai. Artinya banyak pihak yang terlibat dan memahami tinjauan filosofis dan historis dari penggunaan nama Nusantara.
Bukan itu saja, menurut Riko pemilihan nama Nusantara juga lebih ideal. Sebagai titik tengah dari berbagai kepentingan paternalistik. Sekaligus penamaan itu sebagai simbol dari momentum dibangunannya kawasan baru.
“Ada banyak tinjauan historis dan filosofis dari nama nusantara tersebut. Sekaligus menjadi berbagai polemik lain dari pilihan nama. Maka sudah tepat dan seimbang,” imbuhnya.
Sebelumnya, Ketua Umum (Ketum) Gerakan Pemuda Marhaenis Izedrik Emir Moeis menyampaikan usulan agar pemberian nama IKN dikaitkan dengan sejarah berdirinya Negara Indonesia.
Pengamat kebijakan publik, Riko Noviantoro
“Kita harus ingat sejarah, bahwa salah satu pendiri bangsa ini adalah Soekarno. Selain sebagai presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno adalah tokoh yang merepresentasikan persatuan dan kesatuan bangsa.” kata Emir Moeis saat memberikan sambutan dalam acara bedah buku “Inche Abdoel Moeis, Pejuang Nasionalis Tanpa Pamrih” yang digelar di Ruang Theater Lantai 3 Gedung Prof Masjaya, Universitas Mulawarman, Samarinda, Rabu (4/9/2024).
Editor : Sazili Mustofa