get app
inews
Aa Text
Read Next : Ancam Lecehkan Putrinya, Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov Bersumpah Hukum Berat Pasukan Neo Nazi

Kremlin Tuding Amerika Serikat Siapkan Skenario Rusia Gunakan Senjata Pemusnah Massal di Ukraina

Minggu, 24 April 2022 | 00:37 WIB
header img
Ilustrasi penggunaan senjata pemusnah massal dalam perang. (foto/Dok BBC)

MOSKOW, iNewsKutai.id - Kremlin menuding Amerika Serikat tengah menyiapkan skenario jahat untuk memojokkan Rusia dengan dalih penggunaan senjata nuklir taktis atau senjata pemusnah massal dalam operasi khusus di Ukraina.

Kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia, dan Biologi Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Kirillov menyatakan, provokasi Barat kemungkinan akan menargetkan fasilitas kimia dan biologi di Kharkiv dan Kiev. Bahkan fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. 

"Kementerian Pertahanan memiliki informasi bahwa Rusia akan disalahkan karena menggunakan senjata kimia , biologi atau nuklir taktis. Ini sejalan dengan setidaknya tiga skenario yang telah dikembangkan sebagai tanggapan atas keberhasilan Moskow dalam melakukan operasi militer khusus," katanya dikutip dari Sputnik, Sabtu (23/4/2022). 

Menurutnya, salah satu skenario yang dibuat oleh Barat adalah penggunaan senjata pemusnah massal di Kota Slavyansk dan Kramatorsk yang saat ini menjadi tempat pertahanan militer Ukraina. 

"Penggunaan senjata pemusnah massal ditujukan untuk menuduh Rusia menggunakan senjata terlarang, yang akan diikuti dengan penerapan apa yang disebut 'skenario Suriah', di mana sebuah negara dikenai isolasi ekonomi dan politik, serta pengecualian dari organisasi internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB,” sambung Kirillov. 

Dia pun memaparkan skenario yang disusun yakni melalui mekanisme penyelidikan fakta dugaan penggunaan senjata biologis oleh Rusia selama operasi khusus di Ukraina akan mendapat sanksi dari Sekjen PBB. 

"Di daerah pertempuran di mana perwakilan negara-negara NATO tidak diizinkan, akses itu direncanakan untuk melibatkan perwakilan dari Komite Palang Merah Internasional, dilengkapi dengan sarana perlindungan dan peralatan pemantauan," tambah Kirillov. 

Ditekankan pada pengarahan tersebut bahwa tujuan skenario seperti itu kemungkinan akan memberi tekanan pada negara-negara seperti China dan India, yang telah menolak upaya barat untuk bergabung dengan kampanye sanksi besar-besaran yang menargetkan Rusia. 

Menurut Kirillov, penyitaan cepat barang bukti di tempat kejadian yang direncanakan (pengumpulan sampel, wawancara saksi, perakitan foto dan dokumentasi video) akan menjadi sangat penting. Igor Kirillov merujuk bagaimana di banyak kesempatan di masa lalu AS juga menggunakan provokasi untuk mencapai tujuan politik. 

“Contoh yang paling mencolok adalah pidato Menteri Luar Negeri AS Colin Powell pada 5 Februari 2003. Sebuah botol 'bubuk putih' di tangannya menjadi dalih untuk invasi ke Irak dan penyebab kematian hampir setengah juta warga," ujarnya. 

Kirillov mengutip contoh lain, seperti bagaimana foto-foto yang disebarkan oleh kantor berita pada tahun 2017 menunjukkan orang-orang yang mengenakan topeng kasa biasa mengambil sampel di lokasi yang diduga menggunakan gas sarin di lapangan terbang Shayrat yang dikendalikan pemerintah Suriah. 

Dia juga mengacu pada tindakan AS, Prancis, dan Inggris yang melancarkan serangan rudal ke Suriah, sebagai pembalasan atas dugaan serangan gas beracun ke markas teroris Douma. 

Kampanye serangan gas beracun itu diawali dengan video dan foto yang disebarluaskan di media sosial oleh Pertahanan Sipil Suriah, yang dikenal sebagai The White Helmets, antara lain tentang anak-anak yang pura-pura dirawat di rumah sakit dengan masalah pernapasan. 

Namun, tidak ada gas saraf organofosfat atau produk degradasinya yang terdeteksi, baik dalam sampel lingkungan atau sampel plasma dari dugaan korban, laporan OPCW tentang insiden Douma. "Sampai saat ini, tidak ada yang bertanggung jawab atas provokasi ini," tegas Kirillov. 

Kirillov mencatat pada pengarahan Kementerian Pertahanan bahwa sejak Maret negara-negara Barat telah secara teratur membuat pernyataan provokatif tentang kemungkinan Rusia menggunakan senjata pemusnah massal. 

Kirillov juga mengecam pernyataan Direktur CIA William Burns sebagai tidak masuk akal tentang kemungkinan Rusia menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina.

Menurutnya tidak mungkin menyembunyikan penggunaan senjata semacam itu mengingat tingkat modern peralatan teknis dari sistem internasional untuk pemantauan uji coba nuklir. "Jika direktur CIA tidak memahami hal ini, maka dia tidak profesional atau dia disesatkan," cetus Kirillov. 

Untuk menuduh Moskow sebagai pihak yang salah, kata Kementerian Pertahanan Rusia, Kiev juga secara serius mempertimbangkan untuk melakukan serangan rudal terhadap penyimpanan limbah radioaktif di bekas Pabrik Kimia Pridnestrovie di desa Kamenskoye, wilayah Dnepropetrovsk. 

“Kementerian Pertahanan memiliki dokumen yang mengonfirmasi keadaan kritis fasilitas penyimpanan dan penyalahgunaan dana yang dialokasikan oleh Uni Eropa untuk pemeliharaan fasilitas tersebut,” pungkas Kirillov. iNews Kutai

(Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com dengan judul "Moskow: AS Berencana Tuduh Rusia Gunakan Senjata Pemusnah Massal di Ukraina")

Editor : Abriandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut