get app
inews
Aa Read Next : Ancam Lecehkan Putrinya, Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov Bersumpah Hukum Berat Pasukan Neo Nazi

Swiss Tolak Kirim Amunisi, Tank Marder Jerman untuk Ukraina Terancam Tanpa Senjata

Senin, 25 April 2022 | 03:15 WIB
header img
Tank Marder buatan Jerman berada di Pangkalan Militer Rukla, Lithuania, Jumat (22/4/2022). (Foto: Reuters)

ZURICH, iNewsKutai.id – Rencana Jerman memasok senjata berat berupa tank Marder ke Ukraina terancam kandas. Penyebabnya, Swiss tak mau mengekspor amunisi kendaraan lapis baja tersebut jika digunakan di zona konflik.

Sikap ini dikarenakan Swiss merupakan negara netral dan enggan terlibat dalam konflik maupun perang. Sekadar diketahui, tank Marder merupakan buatan produsen senjata Jerman, Rheinmetall RHMG.DE. Kendaraan tempur infanteri itu menggunakan amunisi yang diproduksi di Swiss. 

Surat kabar Swiss, SonntagsZeitung melaporkan, seorang juru bicara Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) mengatakan telah menerima dua permintaan dari Jerman untuk pengiriman amunisi ke Ukraina.

“Permintaan Jerman itu tidak dapat dipenuhi dengan mengacu pada netralitas Swiss dan kriteria penolakan wajib dari undang-undang tentang material perang,” kata juru bicara itu. 

Saat dimintai tanggapan oleh Reuters terkait berita yang dimuat surat kabar itu, Minggu (24/4/2022), SECO belum memberikan komentar. Swiss sendiri sebenarnya sudah tidak begitu konsisten menerapkan asas netralitasnya. Sebab, negara itu ikut memberlakukan sanksi Uni Eropa yang dirancang untuk menghukum Rusia atas agresi Moskow di Ukraina. 

Kendati demikian, negeri Eropa yang menjadi salah satu penghasil cokelat terlezat di dunia itu menegaskan, prinsip netralitasnya tetap tidak mengizinkan penyediaan senjatanya di zona konflik. Bulan lalu, Swiss juga menolak permintaan senjata Polandia untuk membantu Ukraina.

Kanselir Jerman Olaf Scholz saat ini menghadapi kritik deras atas kegagalan pemerintahnya mengirimkan senjata berat ke Ukraina, bahkan ketika negara-negara sekutu Barat lainnya berusaha meningkatkan pengiriman mereka. Sebagian kalangan menilai, pasokan senjata dari Barat dapat membantu Kiev menangkis serangan Rusia.   

Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina sejak 24 Februari. Operasi itu sebagai tanggapan atas permintaan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) kepada Moskow, agar memberikan mereka perlindungan terhadap serangan intensif oleh pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina. iNews Kutai

Editor : Abriandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut