MOSKOW, iNewsKutai.id – Perang Rusia vs Ukraina berpotensi memunculkan kelompok teroris baru. Pasalnya, bantuan senjata dari Amerika Serikat dan negara Barat diduga tidak sepenuhnya dikuasai militer Ukraina.
Sebaliknya, ribuan senjata tersebut diduga jatuh ke tangan kelompok lain dan berpeluang memunculkan organisasi teroris baru. Pakar keamanan Irak, Akila al-Taya memaparkan, pola serupa terjadi di Irak pada 2014 lalu.
ISIS yang ketika itu telah merebut kota-kota di Irak bagian utara dan barat, mengambil alih sejumlah besar peralatan militer Amerika Serikat dan senjata yang tersisa di berbagai pangkalan militer.
“Senjata Amerika yang saat ini dipasok ke Ukraina kemungkinan besar akan diselundupkan ke para ekstremis, baik di Ukraina atau di luar Ukraina, atau ke kelompok teroris, termasuk ISIS untuk mempersenjatai mereka atau menciptakan organisasi baru dengan nama lain,” kata pakar keamanan Irak, Akila al-Taya, kepada kantor berita Sputnik, Minggu (15/5/2022).
Pakar militer Irak lainnya, Jalil Khalaf mengatakan, senjata yang dipasok AS ke Ukraina jelas menimbulkan bahaya bagi seluruh dunia. Dia menuding Washington telah mengirim banyak senjata pada kelompok sukarelawan neo-Nazi ke Ukraina.
“Fakta ini menjadi bahaya besar tidak hanya untuk negara-negara ini, tetapi juga untuk seluruh dunia, karena tidak ada yang mengesampingkan bahwa senjata ini dapat bermuara ke ekstremis atau bahkan ISIS,” ujar Khalaf.
Rusia meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, setelah Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk (DPR dan LPR) meminta bantuan untuk membela diri dari provokasi pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.
Rusia mengklaim, tujuan dari operasi khususnya adalah untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” Ukraina. Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya berlomba-lomba memberikan bantuan keuangan dan senjata kepada Kiev. Sementara pada saat yang sama, mereka memberikan tekanan ekonomi pada Moskow.
Editor : Abriandi