JAKARTA, iNewsKutai.id - Sidang Isbat penentuan 1 Ramadan 1444 H akan digelar Kementerian Agama, Rabu (22/3/2023) sore ini. Dua metode akan digunakan dalam penetapannya yakni Rukyatul Hilal bil Fi'ly (Rukyat) dan metode Hisab (perhitungan astronomi).
Dua metode penentuan hilal ini selalu berpolemik sehingga kerap terjadi perbedaan terutama penetapan Idul Fitri. Padahal, kedua metode ini sama-sama menghitung hilal atau bulan sabit pertama atau bulan baru setelah ijtima'.
Bulan sabit muda ini dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi (ijtima', bulan baru) pada arah dekat matahari terbenam yang menjadi acuan permulaan bulan dalam kalender Islam.
Namun, pengalaman tahun-tahun sebelumnya, penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan bulan-bulan lain dalan kalender Hijriyah sering terjadi perbedaan. Hal ini dikarenakan kedua metode sulit untuk disatukan.
Dalam Islam sendiri penentuan awal bulan Qomariyah digariskan dalam dalil :
يَسۡـــَٔلُوۡنَكَ عَنِ الۡاَهِلَّةِ ؕ قُلۡ هِىَ مَوَاقِيۡتُ لِلنَّاسِ وَالۡحَجِّ ؕ وَلَيۡسَ الۡبِرُّ بِاَنۡ تَاۡتُوا الۡبُيُوۡتَ مِنۡ ظُهُوۡرِهَا وَلٰـكِنَّ الۡبِرَّ مَنِ اتَّقٰىۚ وَاۡتُوا الۡبُيُوۡتَ مِنۡ اَبۡوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
Artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, "Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji."
Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari atasnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS Al-Baqarah: 189)
Editor : Abriandi
Artikel Terkait