get app
inews
Aa Read Next : Kabar Duka, Anggota Marinir Sertu Ismunandar Gugur Tertembak KKB di Puncak Jaya

Dijuluki Hantu Laut, Ini Profil Satuan Marinir TNI AL Penjaga Kedaulatan Indonesia

Senin, 24 Januari 2022 | 08:27 WIB
header img
Pasukan Elit Marinir TNI Angkatan Laut. (foto: dok mnc media)

JAKARTA, iNewsKutai.id - Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki sejumlah pasukan elit di setiap matra. Semua memiliki kekhususan dalam kemampuan operasi sesuai bidang tugas yang diberikan. Salah satunya pasukan elite TNI AL, Korps Marinir.

Salah satu yang paling diingat dari operasi pasukan ini adalah pembebasan Kapal MV Sinar Kudus yang dibajak di perairan Somalia pada 2011 lalu.  Dalam operasi tersebut, selain mampu membebaskan ABK, sejumlah perompak juga tewas ditembak. 

Korps Marinir pada awalnya merupakan bagian dari Corps Armada (CA) IV Tegal yang bertugas menjaga keamanan laut Indonesia dari berbagai ancaman. Kesatuan ini bahkan memegang peranan sangat penting dalam menjaga kedaulatan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Satuan ini diketahui paling ditakuti Belanda saat perang kemerdekaan dikarenakan kekuatan dan persenjataannya yang cukup besar dan kuat. Berbagai palagan pertempuran pun telah banyak dilalui, di antaranya Operasi Trikora, dalam upaya menggabungkan Irian Jaya ke pangkuan Ibu Pertiwi.  

Lalu ada Operasi Dwikora di sepanjang perbatasan Sabah dan Serawak, Malaysia pada 1964. Dalam operasi tersebut, prajurit Marinir harus berhadapan dengan pasukan elite Inggris yakni Special Air Services (SAS) dan pasukan Gurkha. 

Tidak hanya itu, Korps Marinir juga terlibat dalam operasi pemulihan keamanan dalam peristiwa G30S/PKI dan Operasi Alugoro di Aceh. Deret ketangguhan Marinir dalam menyelesaikan operasi baik di dalam maupun di luar negeri membuat Korps Baret Ungu ini dijuluki sebagai Hantu Laut.

Dibentuk pada 15 November 1945 di masa pemerintahan Presiden Soekarno. Korps yang dikenal dengan Baret Ungunya ini memiliki semboyan Jalesu Bhumyamca Jayamahe yang artinya “Di Laut dan Darat Kita Jaya”. Ini diyakini memiliki kesaktian yang ampuh dan mampu memberikan pengamanan serta perlindungan. Warna ungu diartikan dapat diandalkan kemampuannya dalam melindungi dan mengamankan Negara dan Bangsa 

Selain itu, warna ungu juga diilhami oleh Bunga Bougenville, melambangkan pengabdian prajurit Korps Marinir yang selalu siap berkorban jiwa raga bagi keutuhan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Penggunaan warna ungu oleh Korps Marinir (ketika masih bernama KKO-AL) pada 1958, berupa pita sebagai kode pengamanan untuk mengadakan operasi pendaratan di Padang, Sumatera Barat dalam rangka Operasi 17 Agustus. Baret Ungu untuk pertama kalinya dipergunakan oleh Batalyon-1 KKO-AL dalam Operasi Alugoro di Aceh.  

Selanjutnya baret tersebut dilengkapi dengan emblem. Pada awalnya emblem Korps Marinir berbentuk segi lima warna merah dengan lambang topi baja Romawi dan dua pedang bersilang di tengahnya. 

Pemasangan emblem di baret terletak di samping kiri depan. Bertepatan dengan HUT ke-17 KKO-AL pada 1962, diadakan perubahan lambang emblem baret Keris Samudera dikelilingi oleh pita dengan tulisan “Jalesu Bhumyamca Jayamahe” dan terdapat tulisan “Korps Komando” di bawahnya. 

Di antara tulisan Korps dengan Komando terdapat angka 1945 yang menandakan Korps Marinir lahir.  Seluruh lambang dan tulisan emblem tersebut terbuat dari kuningan yang beralaskan warna merah segi lima. Pada 1968, Diadakan lagi perubahan yaitu dengan member garis pinggir “Kuning” dari segi lima merahnya.

Dari aspek organisasi, personel, peralatan, dan persenjataan Korps Marinir, terus mengalami perkembangan yang cukup pesat yang menjadikan Korps Baret Ungu sebagai alat pertahanan negara yang cukup besar dan andal. 

Usai perang kemerdekaan tepatnya pada 1951 status organisasi KKO-AL adalah sebagai Kotama ALRI dengan sebutan Pasukan Komando (Pasko) dimana Markas Komando merupakan juga Markas KKO-AL. Pada 1955-1959 KKO-AL mengalami perubahan dalam organisasi. 

Untuk susunan organisasi terdiri atas Markas Besar KKO-AL, Komando Utama KKO-AL, Pastermar, Paskohanmarnas, dan Unsur-unsur Pelayanan Kotama. Usai Operasi Trikora kekuatan KKO-AL sangatlah besar dengan dibentuknya Pasukan Komando Armada I di Surabaya, Pasukan Komando Armada II di Jakarta, dan Pasukan Induk Komando di Surabaya.  

Pada 1975 terjadilah suatu peristiwa yang penting bagi keberadaan Korps, di mana nama Korps Komando Angkatan Laut yang telah digunakan sejak 1950 dikembalikan lagi menjadi Korps Marinir sesuai dengan sejarah lahirnya Korps sejak 1945. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Kasal No Skep/1831/XI/1975 tanggal 14 November 1975.

Editor : Abriandi

Follow Berita iNews Kutai di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut