JAKARTA, iNewsKutai - Rentetan sanksi yang dijatuhkan negara Barat ditanggapi santai pemerintah Rusia. Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menegaskan, negaranya memproduksi semua kebutuhan sehingga tidak tergantung pada impor.
"Kami, Rusia, adalah negara besar. Memang sanksi akan menyusahkan kami, tapi ingat bahwa Uni Soviet selama 70 tahun dijatuhi sanksi dan kami memiliki power yang besar. Kami memproduksi segalanya," ujar Lyudmila, dalam wawancara eksklusif dengan MNC Portal Indonesia (MPI) di Jakarta, Selasa(1/3/2022).
Sanksi ini diyakini akan menjadi hambatan dan memberatkan rakyat Rusia, tapi dia yakin Rusia bisa bertahan. Berkaca pada 2014, saat Rusia pertama kali Rusia dijatuhi sanksi setelah mencaplok Krimea, padahal negaranya sangat bergantung pada ekspor dan impor makanan.
"Tapi karena kami kena ban atau larangan impor beberapa produk makanan Barat, kami mulai memproduksi makanan sendiri dan sektor pertanian kami berkembang. Sekarang kami adalah negara eksportir gandum nomor 1 di dunia, meski di 2014 tidak seperti itu," ucapnya.
Dia mengungkapkan, rakyat Rusia gemar membeli dan memakai produk dalam negeri ketimbang dari Barat, dengan harga lebih murah serta kualitas yang tidak kalah.
"Di tahun 1990-an, Barat berusaha menghancurkan potensi industri kami dan anehnya memang, mereka berhasil. Tapi, kami mulai memulihkan diri dan kami memiliki segalanya. Kami memiliki potensi, kami ingin merasa aman di negara kami. Kami tidak ingin ada rudal mendekati negara kami, bukan kami yang membawa rudal ke AS, Kanada, atau negara lain," ujarnya.
Dia menambahkan, hanya PBB yang berhak menjatuhkan sanksi internasional. Lyudmila kemudian mempertanyakan apakah ada negara yang mendapat sanksi kemudian mengubah kebijakan. Dia mencontohkan negara-negara yang pernah dijatuhi sanksi seperti Iran dan Korea Utara (Korut).
"Kami melihat sanksi sebagai instrumen yang absolut dan sah. Satu-satunya badan di dunia yang bisa menjatuhkan sanksi adalah Dewan Keamanan PBB dan berdasarkan pendapat pribadi saya, itu tidak berhasil," pungkasnya.
Editor : Abriandi