JAKARTA, iNewsKutai - Harga batu bara mecatatkan kenaikan tertinggi sepanjang masa atau all time high yang dicapai dalam kontrak batu bara. Pada perdagangan Rabu (2/3/2022) siang, harga emas hitam menembus 313 Dolar Amerika Serikat (AS) per ton.
Berdasarkan data pasar ICE Newcastle, harga batu bara kontrak Maret 2022 melejit 14,03 persen menjadi 313,00 dolar AS per ton dari sesi sebelumnya di 274,50 dolar AS per ton. Sementara kontrak April 2022 terbang 21,45 persen di 305,45 dolar AS per ton dari sebelumnya 251,50 dolar AS per ton.
Selama lima hari terakhir, kontrak ini telah melejit 52,34 persen. Kontrak Mei 2022 naik 23,94 persen di 289,40 dolar per ton dari 233,50 dolar AS per ton, dan kontrak Juni 2022 menanjak 24,40 persen di 275,35 dolar AS per ton dari 221,35 dolar AS per ton.
Sanksi Barat ke Rusia memberikan tantangan bagi pasokan energi dari Negeri Beruang Merah. Pasalnya, AS dan Uni Eropa hanya memberikan sanksi di sektor keuangan dan belum terlihat untuk memberi hukuman di sektor energi.
Namun demikian, gangguan pembiayaan pengiriman di sektor energi juga memberikan masalah bagi para pemasok batu bara dunia, mengingat Rusia adalah salah satu produsen minyak dan gas alam utama dan terbesar di dunia.
Ekspor dua komoditas energi itu mewakili setengah dari penjualan luar negeri negara itu. Rusia, yang sekarang sedang terlibat dalam perang sengit di Ukraina, menyediakan sekitar 40 persen gas alam Eropa.
Komoditas andalan ini vital karena menjadi bahan bakar banyak pembangkit listrik, dan merupakan input penting untuk berbagai proses industri. Produksi minyak mentah Rusia merupakan faktor utama di pasar minyak global.
Apabila pasokan gas alam dan minyak dari Rusia terputus, maka pemanfaatan kembali energi fosil, termasuk batu bara berpotensi membesar. Ini akan meningkatkan permintaan di tengah ketatnya pasokan batu bara di tingkat global.
Saat demand bertambah, tetapi stok masih terbatas, maka secara otomatis akan mendongkrak harganya di pasaran. Jerman telah membekukan proyek pipa gas bawah laut, Nord Stream 2 senilai 11 miliar dolar AS atau sekitar Rp158 triliun sebagai tanggapan atas agresi militer Rusia ke Ukraina.
Sikap Berlin terhadap Kremlin ini dinilai bakal menjadi bumerang. Pasalnya, Jerman memiliki ketergantungan gas alam sebanyak 55%, kemudian 35 persen minyak bumi, dan 50 persen batu bara dari Rusia, menurut laporan Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, dilansir Euractiv, pada 25 Februari 2022.
Namun Robert memastikan ketersediaan energi di Fatherland tetap terjaga, meskipun tidak datang dari Rusia. "Kami akan membeli lebih banyak gas, dan juga batu bara dari negara lain," kata Habeck dalam siaran ZDF, dilansir Reuters, pada 24 Februari 2022.
Editor : Abriandi