get app
inews
Aa Read Next : Satgas Damai Cartenz Tangkap Penyuplai Senjata dan Anggota KKB Papua

Kisah Prajurit Kopassus di Papua: Kecoh Belanda, 5 Hari Menyamar Jadi Mayat 

Rabu, 29 Desember 2021 | 07:34 WIB
header img
Ilustrasi Kopassus.(Foto:Ist)

JAKARTA, iNews.id - Papua dan Kopassus tidak hanya tentang perburuan Organisasi Papua Merdeka. Jauh sebelum itu, belantara provinsi yang dulunya bernama Irian Barat itu sudah menjadi medan juang pasukan elit TNI Angkatan Darat itu.

Tepatnya saat konfrontasi perebutan Irian Barat pada 1961-1962. Banyak kisah-kisah heroik tentang bagaimana pasukan khusus yang saat itu bernama Resiman Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) bertahan di hutan Papua dari serangan Belanda.

Seperti aksi heroik Prajurit Dua (Prada) Pardjo pada awal-awal perebutan Irian Barat. Peristiwa tersebut berawal ketika pasukan gabungan Kopassus bersama Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang kini bernama Korps Pasukan Khas (Paskhas) pasukan dipimpin Letnan Dua (Letda) Inf Agus Hernoto, diterjunkan ke dalam hutan rimba Papua.

Dalam upaya penyusupan, Pardjo bersama rekan-rekannya disergap pasukan Korps Marinir Kerajaan Belanda (Korps Mariniers) di daerah Fakfak. Karena kekuatan yang tak seimbang membuat pasukan gabungan terdesak. 

Berdasarkan instruksi yang diberikan pimpinan, jika kalah jumlah maka seluruh prajurit harus mundur ke dalam hutan. Ketika keadaan tenang, pasukan gabungan inipun keluar dari hutan untuk kembali melakukan penyusupan. 

Namun, pasukan gabungan ini dikejutkan dengan kondisi sebuah kampung yang telah rata dengan tanah akibat dibakar tentara Belanda. Melihat kondisi pasukan gabungan yang mulai menurun, Letda Inf Agus Hernoto memutuskan untuk beristirahat di sebuah kebun pala. 

Belum sempat melepas lelah, tiba-tiba muncul serangan mendadak dari pasukan Marinir Belanda. Kontak tembak pun tak terelakan. Dalam pertempuran itu, Agus Hernoto mengalami luka tembak di kedua kakinya. 

Di kemudian hari, kedua kaki Agus Hernoto harus diamputasi karena membusuk. Sementara itu, pertempuran sengit tersebut membuat tiga anggota PGT dan dua anggota RPKAD gugur dalam pertempuran. 

Begitu juga Pardjo, diapun roboh usai terkena terjangan peluru tentara Belanda. Gencarnya serangan dari pasukan Belanda membuat Pardjo harus menyelamatkan diri. 

Pardjo kemudian merangkak, bergerak perlahan untuk bersembunyi di balik jasad rekan-rekannya yang telah gugur. Pardjo menyamar seolah-olah telah tewas demi menyelamatkan diri. Apalagi, usai pertempuran tentara Belanda melakukan patroli.

Keadaan itu membuat Pardjo tidak bisa bergerak. Bahkan, Pardjo terpaksa harus tidur selama lima hari di antara jasad teman-temannya yang telah gugur dalam pertempuran. 

Upaya penyelamatan itupun membuahkan hasil. Pardjo akhirnya diselamatkan oleh warga setempat yang membawanya ke permukiman untuk dirawat. Selanjutnya, Pardjo dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Laut Belanda untuk menjalani perawatan medis. 

Pardjo mengaku beruntung tak dijadikan tawanan saat dirawat. Saat di rumah sakit, Pardjo mendengar jika pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat untuk melakukan gencatan senjata.

Editor : Abriandi

Follow Berita iNews Kutai di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut