get app
inews
Aa Text
Read Next : Nilai Komersial Rendah Diduga Jadi Alasan Megaproyek IKN Nusantara Sepi Peminat

Bagaimana Akhir Invasi Rusia? Ini Prediksi Eks Mata-mata Cantik Jebolan KGB 

Sabtu, 12 Maret 2022 | 12:36 WIB
header img
Mantan mata-mata Rusia Aliia Roza yang membelot ke Amerika Serikat. (foto: Jam Press)

LOS ANGELES, iNewsKutai.id - Mantan agen dinas rahasia Rusia KGB, Aliia Roza (37) membeberkan prediksi akhir perang di Ukraina. Eks mata-mata cantik itu menyebut presiden Vladimir Putin tidak akan berhenti sebelum memenangkan pertempuran.

Dia mengatakan sang presiden mustahil akan mundur dalam perang di Ukraina karena akan merusak reputasinya. 

“Saya dilatih dalam program militer yang sama dengan Putin dan kami belajar bagaimana tetap tenang dan berdarah dingin dalam situasi yang sangat menegangkan,” katanya kepada Jam Press, Rabu (9/3/2022) lalu. 

“Putin selalu menang, dia tidak bisa kalah perang ini dan mundur, karena itu akan merusak reputasinya. Dia akan melangkah sampai akhir," ujarnya.

Roza percaya strategi presiden Rusia adalah untuk memiliki kendali penuh atas Ukraina dan menempatkan pemimpin baru menggantikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. 

Mantan mata-mata itu memiliki jaringan di Ukraina dan Rusia yang memberikan informasi jika mereka “takut” terhadap rezim presiden Rusia.

“Strategi Putin jelas—jangan biarkan NATO menempatkan roket atau senjata di Ukraina dan dia akan melakukan segalanya untuk mencapai tujuannya,” katanya.

“Tapi dia percaya itu akan mudah, seperti ketika dia mengirim tentara Rusia ke Kazakhstan karena revolusi pada Januari 2021. Dia tidak menyangka bahwa Ukraina akan melawan dan mendapat dukungan dari seluruh dunia,” ujarnya.

Roza tahu secara langsung betapa bahayanya Putin, karena diduga dilatih oleh orang yang sama, dan memiliki kerabat yang tinggal di Ukraina dan Rusia.

"Kadang-kadang ketika saya menonton film-film seperti Red Sparrow, saya seperti 'ya Tuhan, bagaimana mereka tahu semua hal ini?'," papar Roza yang sekarang bekerja di bidang hubungan masyarakat (humas) fashion dengan basis di London dan Los Angeles.

“Di pusat pendidikan saya, mereka mengajari kami cara merayu pria, cara memanipulasi mereka (target0 secara psikologis, cara membuat mereka berbicara sehingga kami dapat menyerahkan informasi kepada polisi,” 

Aliia Roza pernah pernah dilatih dalam program militer yang sama dengan Vladimir Putin. Dia kemudian melarikan diri ke Los Angeles, Amerika Serikat (AS) lantaran skandal asmara dengan targetnya terbongkar. 

Dia menjadi berita utama tahun lalu setelah mengungkapkan masa lalunya sebagai seorang femme fatale yang jatuh cinta pada targetnya. Dia terpaksa melarikan diri setelah penyamarannya terbongkar dan nyaris tidak lolos dengan nyawanya. 

Lahir di Uni Soviet—sekarang bernama Rusia—dari ayah yang merupakan jenderal militer berpangkat tinggi, Roza diharapkan mengikuti jejaknya dan bergabung dengan militer Rusia. 

Setelah jatuh cinta pada pria yang seharusnya jadi target untuk pengumpulan intelijen, mata-mata itu harus meninggalkan Moskow karena mengkhawatirkan nyawanya. Dia belum kembali ke negaranya lebih dari satu dekade. 

Ironisnya, pria yang membuat cinta mengubah hidupnya itu juga bernama Vladimir—target misi resmi pertama Aliia Roza pada 2004, ketika baru berusia 19 tahun. Dia sebelumnya mengatakan kepada Jam Press: 

“Untuk tugas pertama saya, saya harus berpura-pura menjadi pelacur sehingga bisa pergi ke kelab dan merayu pemimpin geng kriminal yang memasok narkoba ke negara itu." 

“Itu gila, saya bergaul dengan penjahat-penjahat ini yang akan saling bertarung dan membunuh satu sama lain.” 

Pasangan itu jatuh cinta dan mulai menjalani kehidupan kejahatan, kekayaan, dan kenyamanan bersama—sampai penyamaran Roza rusak. “Anggota geng Vladimir mengetahui saya berada di militer, mereka mungkin melacak saya," katanya.

“Mereka memasukkan saya ke dalam mobil, mereka menjatuhkan saya ke dalam hutan, saat itu sangat gelap, dan 10 pria mulai memukuli saya. Vladimir menyelamatkan saya dari pembunuhan," kenang Roza.

“Sebelum dia meninggal, Vladimir memberi saya kontak orang-orang di Moskow untuk dihubungi jika terjadi sesuatu padanya, dan menyuruh saya untuk tidak berbicara dengan orang lain," 

“Polisi mulai melacak saya dan teman-temannya menyembunyikan saya kurang dari setahun," paparnya. 

“Ketika keadaan cukup tenang, saya mulai menjalani hidup tetapi saya tahu tidak akan pernah bisa kembali,” 

Mantan mata-mata itu segera bertemu dan jatuh cinta lagi dengan seorang oligarki Rusia, yang dinikahinya pada 2006. Segera setelah itu, dia hamil. Tapi hidupnya berubah lagi ketika suaminya dipenjara dan kemudian meninggal di penjara. 

Dengan seorang putra yang baru lahir, Platon, sekarang berusia 12 tahun, Roza ingin membuat nama untuk dirinya sendiri untuk menunjukkan kepada putranya bahwa itu mungkin untuk mengubah hidupnya. Dia awalnya pindah ke Swiss dan kemudian London, sebelum pindah ke AS.

Editor : Abriandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut