get app
inews
Aa Text
Read Next : Ancam Lecehkan Putrinya, Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov Bersumpah Hukum Berat Pasukan Neo Nazi

Efektif Lawan Tank Rusia, Amerika Serikat Kembali Pasok Rudal Javelin ke Ukraina

Rabu, 06 April 2022 | 10:42 WIB
header img
Rudal panggul antitank Javelin. (Foto/Reuters)

WASHINGTON DC, iNewsKutai.id – Penarikan pasukan Rusia dari sejumlah kota utama tidak menghalangi Amerika Serikat untuk mengirim paket bantuan senjata mematikan seperti rudal Javelin ke Ukraina.

Washington beralasan, militer Ukraina sangat membutuhkan rudal panggul antitank tersebut untuk melawan pasukan Rusia. Juru Bicara Pentagon (Departemen Pertahanan AS), John Kirby menyatakan jika Javelin sangat efektif di medan perang Ukraina.

Karena itu, pengiriman rudal Javelin termasuk dalam paket bantuan terbaru senilai 100 juta dolar AS. Menurutnya, paket bantuan senjata mematikan tersebut adalah penarikan keenam peralatan dari inventaris Departemen Pertahanan AS untuk Ukraina sejak Agustus 2021 

"Javelin sangat efektif digunakan militer Ukraina untuk mempertahankan negara sehingga itu menjadi kebutuhan mendesak dan kami menyediakannya," jelasnya Selasa (5/4/2022) waktu AS.   

Kirby menjelaskan, jika digabungkan dengan bantuan militer sebesar 300 juta dolar AS yang diumumkan Pentagon, Jumat (1/4/2022) lalu, total komitmen bantuan keamanan yang dikucurkan Amerika ke Ukraina sudah menembus 2,4 miliar dolar AS sejak awal Biden menjabat. 

Lebih dari 1,7 miliar dolar AS di antaranya digelontorkan Washington DC sejak awal rencana dan invasi Rusia pada 24 Februari lalu, kata Kirby. Menurut dia, Amerika Serikat akan terus bekerja sama dengan para mitra di Ukraina. 

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan, pengiriman bantuan militer ke Ukraina, khususnya pasokan senjata mematikan oleh Barat, adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Sebab, distribusi senjata itu tidak terkendali dapat menimbulkan ancaman bagi negara-negara lainnya di Eropa. 

“Pasokan senjata ke Ukraina itu sebuah kesalahan. Dia meningkatkan korban, tetapi tidak memengaruhi hasil operasi khusus Rusia di Ukraina,” kata militer Rusia, seperti dilansir kantor berita Sputnik. 

Rusia memulai operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari. Operasi itu sebagai tanggapan atas permintaan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) kepada Moskow, agar memberikan mereka perlindungan terhadap serangan intensif oleh pasukan Kiev. 

DPR dan LPR adalah dua wilayah di Donbas, yang memisahkan diri dari Ukraina.  Para pejabat Rusia mengatakan, tujuan operasi khusus itu adalah untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina. 

Mereka mengklaim warga sipil tidak dalam bahaya akibat operasi itu. Menanggapi tindakan militer Rusia tersebut, negara-negara Barat meluncurkan kampanye sanksi yang komprehensif terhadap Moskow.
 

Editor : Abriandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut